My Queen


Insting seorang ibu terhadap anaknya memang tidak bisa diragukan lagi, begitu pula yg terjadi pada ibu saya beberapa waktu lalu. Beliau menyempatkan sedikit waktunya untuk menengok saya di Jogja yg kebetulan saat itu saya kurang sehat dan tidak memberi tahu beliau tentang keadaan sebenarnya. Pertemuan singkat itu memberikan saya banyak pelajaran dan kembali mengingatkan beberapa kata-kata yg telah ibu saya ucapkan. 

Siang itu beliau bercerita akan kegiatannya yg akhir-akhir ini sangat sibuk dan beliau merasa senang akan hal itu. Lalu saya mengatakan jika suatu hari akan membantu pekerjaan beliau, namun beliau malah melarang saya dan memberi saya semangat untuk fokus pada tujuan menjadi penulis. Selain itu dalam percakapan singkat itu beliau mengatakan jika telah menemui banyak guru kehidupan dari manapun, menurutnya semakin banyak guru yg kita temui maka akan semakin kaya pula pengetahuan kita. Jangan puas saat menuntut ilmu, karena ilmu bisa didapat dari manapun. Ilmu harus dicari dan dikejar, ilmu tidak akan datang dengan sendirinya. Beliau memang sangat bersemangat dalam belajar, tak heran jika kami anak-anaknya sering didaftarkan secara paksa untuk mengikuti seminar-seminar yg terkait dg kehidupan yg menurut beliau penting bagi masa depan kami. 


Tidak hanya sosok yg sangat haus akan ilmu, beliau juga memiliki sosialisasi dan taktik kehidupan yg sangat baik. Bahkan dibanding ayah kami, ibu lebih bagus dalam berkomunikasi dengan semua orang dan mencari relasi. Tak heran jika saat keluarga kami menghadapi suatu cobaan yg cukup berat, berkat kemampuan taktik kehidupan ibu kami yg sangat baik, beliau bisa mencari relasi dan bijak mencari solusi yg diajukan kepada ayah kami untuk mengambil keputusan yg pada akhirnya mengantarkan keadaan kembali membaik seperti biasanya. Beliau juga sosok wanita berhati baja yg tidak pernah gentar dengan apapun yg terjadi, hatinya sangat lembut dan penyayang. Kata-katanya sangat tajam, akan tetapi mata beliau sangat mudah mengeluarkan air mata karena kepekaan hatinya yg tinggi. Sikap tegas dan disiplin tingginya tidak pernah beliau lupakan saat mendidik kami. Mengenai waktu, beliau memiliki prinsip jika waktu yg terjadi adalah hari ini maka pikirkan saja apa yg terjadi hari ini, untuk hari esok pikirkan besok. Prinsip itu akan membuat tenang dalam menghadapi apapun. Waktu yg beliau sukai adalah saat mengerahkan seluruh kemampuan memasaknya di dapur. Beliau sangat suka memasak apapun, dan rajin pula membeli buku resep makanan. Kami sangat merindukan masakan khas beliau yg tidak ada duanya, terutama jika beliau memasakkan makanan favorit tiap anggota keluarga. 




Dalam menghadapi anak-anaknya, ibu kami memiliki ciri khas tersendiri. Begitu pula saat beliau mendapat beberapa sanjungan maupun pertanyaan bagaimana bisa membesarkan anak-anak seperti kami yg sebagian orang pandang memiliki prestasi dan memiliki ciri khas dari pada anak yg lain dlam hal pengamalan hidup. Lalu dengan rendah hati beliau menjawab jika beliau sendiri tidak memiliki banyak waktu mengajari kami belajar karena terlalu sibuk, bahkan kami tidak pernah beliau suruh belajar karena kami sudah mengerti manajemen waktu belajar dan kegiatan lain secara mandiri. Bagi beliau penanaman karakter adalah cara terbaik untuk membentuk kebiasaan maupun memaksimalkan potensi pada kami, karena jika karakter sudah baik maka yg lain akan mengikuti. Jadi jika kami seperti apa yg orang pikir, menurut beliau itu merupakan anugrah Tuhan dan banyak peran serta dari banyak orang yg membantu proses pertumbuhan kami sampai sekarang. Selain itu, kami adalah anak yg diajarkan hidup tahan banting dan kuat menghadapi situasi kehidupan seperti apapun. Kemandirian, kedisiplinan,  kecekatan, kecerdasan mengambil keputusan, kesopanan, kesabaran, dan nilai-nilai kebiasaan lain sudah kami dapatkan sejak kecil. Mengenai cita-cita, beliau selalu mengingatkan jika cita-cita kami harus bermanfaat untuk orang lain terutama untuk agama. 


Hal yg paling berkesan dalam hidup adalah ketika pada suatu hari saya mengatakan jika Tuhan telah memberikan sya tugas hidup yg jauh berbeda dg orang kebanyakan, saat itu sya meminta segala pengampunan atas segala kesalahan dan meminta doa beliau agar selalu selamat saat bertugas yg sering mendapat resiko dan tidak bisa dijamin kepastiannya. Tidak seperti ibu lainnya yg mungkin akan menyuruh anaknya berhenti saat mendapat resiko yg membahayakan hidupnya, justru ibu saya mengatakan jika saya harus tetap bertugas dn selalu memohon perlindungan Tuhan. Beliau menambahkan jika saya harus selalu dalam jalan yg benar agar jika sewaktu-waktu resiko besar itu tak bisa dihalau, maka saya akan kembali pada Tuhan dlam keadaan khusnul khatimah. Sungguh saya tidak bisa membayangkan jika ibu saya sendiri telah siap jika harus kehilangan putrinya demi kepentingan orang banyak. 
Mengerti dengan keperbedaan saya, ibu tidak bnyak menuntut apa yg tidak bisa beliau tuntut dari saya. Beliau bahkan tidak memaksa prinsip besar beliau yg tidak dapat saya ikuti karena suatu hal. 


Ketegasannya dalam menentukan yg benar dan salah, kecerdasannya dalam memilih jalan kehidupan, dan keberaniannya dalam menghadapi segala situasi kehidupan membuat keluarga kecil kami hidup dalam sebuah kerajaan yg penuh dengan kemakmuran dan kesejahteraan. Beliau adalah ratu bagi dunia dan akhirat kami.. Lalu bagaimana sosok ibu para pembaca? Apakah sosok itu jg seperti ratu bagi kalian? 


0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.