Tulisan ini terinspirasi dari sebuah
artikel dengan sumber www.m.vemale.com oleh Yasin bin Malenggang.
Dalam artikel tersebut penulis menjabarkan mengenai perbedaan bahasa yang
dimiliki wanita dan laki-laki. Saya akan sedikit mengembangkan analisa dalam
masalah tersebut dengan sudut pandang yang berbeda.
Pernahkah pembaca mendengar kata
“bahasa ibu”? Umumnya kata tersebut digunakan untuk meyebut bahasa asli suatu negara
atau daerah. Ungkapan kata itu sebenarnya berupa kiasan dari kenyataan dan
realita yang selama ini ada, para wanita (ibu) adalah sekolah pertama dalam
segala bentuk pelajaran bagi semua manusia termasuk dalam berbahasa. Dari ibu
lah manusia (baik laki-laki maupun wanita) akan belajar bertutur kata untuk
pertama kalinya. Sehingga seperti apapun bahasa dan tutur kata yang dimiliki
seseorang merupakan cerminan bahasa yang dimiliki seorang ibu yg melahirkannya.
Beranjak dari istilah “bahasa ibu”,
mari kita melihat corak bahasa yang dimiliki wanita maupun lelaki. Sejauh yang
saya ketahui, dalam bertutur kata apalagi menyangkut keseharian, wanita
memiliki kehalusan bahasa yang lebih dibanding laki-laki. Umumnya wanita
bertutur kata dengan halus, dalam, dan menyentuh. Apabila wanita menuliskan
sesuatu pun seolah ia berbicara langsung kepada pembacanya. Saya teringat teori
yang menyatakan bahwa wanita lebih menggunakan hatinya daripada otaknya dalam
segala hal, ini menjadi alasan mengapa wanita memilki corak bahasa yang “girly”
dan langsung masuk ke hati, bukankah sesuatu yang berasal dari hati akan
langsung diterima dengan hati pula? Hal ini sangat berbeda dengan
para laki-laki, umumnya laki-laki akan berbicara secara fulgar tanpa
memperhatikan perasaan maupun keadaan pembacanya. Para kaum lelaki ini
cenderung mengungkapkan kata-kata yang mengandung kiasan pada waktu-waktu
tertentu terutama saat mengungkapkan isi hatinya, ini dapat dimaklumi karena
mereka sangat mengedepankan harga diri dan kewibawaannya sebagai laki-laki,
sementara itu kebiasaan lelaki yang kebanyakan bersifat perayu adalah aspek
yang mungkin memengaruhi kiasan-kiasan tertentu dalam kebahasaan para laki-laki
itu sendiri.
Lalu timbul pertanyaan “jika wanita
merupakan guru pertama lelaki dalam bertutur kata, mengapa ketika
dewasa lelaki memiliki corak bahasa yang berbeda dengan wanita?” Bagaimana
menurut para pembaca?
Menurut saya jawabannya cukup mudah,
“wanita (ibu) dalam mengajarkan bahasa dan bertutur kata kepada lelaki (anak)
dapat diibaratkan seperti membuatkan wadah yang nantinya akan diisi oleh
laki-laki itu sendiri. Sehingga seperti apa bahasa dan tutur kata lelaki yang
akan diisi dalam wadah tersebut merupakan hasil dari perkembangan kedewasaan
maupun kejiwaan yang dimiliki masing-masing laki-laki itu. Lingkungan dan kawan
juga sangat mempengaruhi tutur kata yang terbentuk dari seorang lelaki. Dan ya,
bawaan fitrah seorang laki-laki yang umumnya rasional tanpa mengedepankan
perasaan juga ikut andil dalam corak bahasa yang akan dimilikinya.
Itulah seidkit ulasan saya mengenai
tutur kata lelaki dan wanita. Tentunya analisa yang saya lakukan tidak lepas
dari kesalahan dan ketidak tepatan, jadi bagaimana pendapat para pembaca
sendiri?
Are you from Mars or Venus?
0 komentar:
Posting Komentar