Mutiara dan Takdir

“Tidak akan melihat sebuah kilau mutiara jika tidak menyelami dalamnya lautan.” Pepatah itu berarti apa bagi para pembaca? Bagi saya pepatah itu dapat dianalogikan seperti sebuah takdir.




Pernahkan para pembaca merenungkan hal ini?

Banyak orang mengusik, mempertanyakan bahkan meragukan mengapa dan bagaimana takdir yang berjalan pada seseorang yang memilki jalan takdir yang menurut mereka tak umum. Namun lebih banyak lagi orang-orang yang menghakimi kepantasan atau ketidak pantasan takdir yang berjalan itu. Padahal seperti yang saya sebut tadi, takdir bagaikan mutiara yang sangat tersembunyi,  hanya penyelam tangguhlah yang mau menyelami kedalaman makna dari jalan takdir yang tersembunyi tersebut dan makna apa yang ada dalam sebuah takdir itu.


Perlu dipahami bahwa takdir tidak akan salah ditempatkan, tidak kurang maupun lebih diberikan.  Di balik sebuah takdir terdapat rentetan sebab akibat yang tidak akan mengingkari hasil takdir yang akan tertuliskan.  Tuhan pun Maha Teliti dalam melihat seluruh aspek sang penerima takdir tersebut.


Takdir yang kita bicarakan adalah takdir yang berkaitan dengan apapun. Baik itu rejeki, prestasi, pekerjaan, jodoh, pangkat, dan hal-hal lainnya. Dan takdir yang paling diburu manusia adalah “kesuksesan”. Siapa yang tidak ingin sukses di dunia ini? Namun ingat, kesuksesan masuk dalam bingkai takdir yang sangat dalam dan perlu perjuangan keras untuk mendapatkannya. Tidak hanya kemampuan otak yang dibutuhkan, kemampuan mengelola diri juga sangat dibutuhkan. Ketekunan, kedisiplinan, strategi, dan yang paling penting adalah kepercayaan diri. Kepercayaan diri merupakan kunci penggenggam alam seisinya. Ayah saya berkata “Keinginan keras ditambah dengan kepercayaan diri yang kuat  akan membuat alam seisinya tunduk atas kemauan itu.” Inilah yang disebut The Power of Mind, apa yang kita pikirkan adalah apa yang akan terjadi. So.. sebelum melakukan strategi menuju sukses, tanamkanlah dahulu kepercayaan bahwa kita mampu melakukan semua strategi tersebut hingga kesuksesan benar-benar ada di depan mata. Sulit memang melakukan hal-hal positif di luar zona nyaman, namun sekali kita mengikat pikiran dengan prinsip yang kuat untuk melakukan hal nyata untuk masa depan, godaan seperti apapun dapat terkalahkan.

Kembali pada bahasan pokok sebelumnya, takdir. 
Sebaik-baik hakim bagi alam seisinya hanyalah Tuhan yang menciptakannya. Sebaik-baik penilai bagi jiwa raga manusia adalah Sang Pembuatnya. Dan sebaik-baik pemberi takdir adalah yang memperjalankannya, Tuhan. 

Orang mudah menilai tanpa tahu pasti apa yang sebenarnya ia lihat. Orang mudah memberi penghakiman tanpa mengetahui hukum yang sebenarnya terjadi. Sehingga yang ingin saya sampaikan adalah “Kita, semua orang memiliki jalan takdir yang tidak dapat orang lain ikut campur dalam penentuan takdir tersebut. Mempertanyakan takdir orang lain sama saja mempertanyakan kuasa Tuhan yang menjalankan takdir diri kita sendiri. Melihat, mengamati, bahkan menilai takdir seseorang boleh-boleh saja, namun jangan gunakan penilaian itu sebagai tolak ukur kebenaran dalam menghukumi seseorang.


 Kadang keberhasilan sesuatu bukan dilihat dari kelancaran prosesnya, sebaliknya kegagalan sesuatu bukan dilihat dari hambatan jalannya. Jika Tuhan berkehendak, apapun dapat terjadi seketika. Jika Tuhan ingin menolong, tidak ada satupun yang dapat mencelakakan. Namun jika Tuhan ingin menyulitkan, tidak ada satupun yang dapat meringankan. 

Seperti apapun mutiara takdir yang kita miliki, seperti itulah bentuk kasih sayang Tuhan sesuai porsi kemampuan dan kepantasan kita 

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.