Banyak
inspirasi yang bisa kita dapat dari manapun, tulisan ini terinspirasi dari
sebuah film mengenai kerajaan di sebuah Negara pada zaman dahulu. Film tersebut
mengisahkan tentang seorang ratu yang sinarmya bagai rembulan dan mampu
mengimbangi sinar seorang raja yang digambarkan seperti sinar matahari. Tidak
seperti ratu pada umumnya yg selama ini ada dalam gambaran kita, seorang ratu
dalam tokoh tersebut harus menjalani kehidupan yang sangat sulit sebelum
akhirnya dapat menjadi pendamping seorang raja yang sangat hebat. Ratu tersebut
sampai harus bertaruh nyawa berkali-kali maupun mendapat kesusahan hidup yang
amat sangat selama delapan tahun.Ia harus disiksa di dalam penjara karena
sebuah peristiwa, bahkan diasingkan di tempat terpencil jauh dari kerajaan.
Dapat menjadi refleksi bagi saya pribadi bahwa seorang ratu pun tidak bisa
terhindar dari ujian hidup.
Menurut saya semua wanita adalah seorang ratu, ratu
bagi rajanya yang akan memimpinnya kelak. Namun tingkat ratu bagi wanita yang
berbeda-beda. Wanita bisa menjadi ratu bagi kerajaan jika ia mendampingi
seorang bangsawan, wanita bisa menjadi ratu bagi perusahaan jika ia mendapatkan
hati seorang pengusaha, atau wanita bisa menjadi ratu bagi rumah tangganya
sendiri jika ia menerima seorang laki-laki tanpa gelar dan tahta, dan ratu-ratu
lain di berbagai aspek kehidupan.
Tingkatan gelar ratu yang berbeda pada setiap wanita secara tidak disadari
merupakan sebuah penghargaan atas apa yang ia usahakan dalam menghadapi
kehidupan. Seperti contoh seorang ratu dalam film yang telah saya sebutkan, ia
mendapat matahari sebagai pendamping hidupnya karena telah melewati berbagai
badai-badai cobaan dan menerjang ombak-ombak kehidupan yang pahit. Ratu itu
sampai-sampai mendapat gelar bagaikan bulan yang bersinar terang karena telah
menjaga sinar kepribadiannya dan kesucian jiwa raganya demi seorang raja yang
akan menemani hidupnya. Hatinya sangat bersih meski umpatan dan celaan selalu
terdengar nyaring sepanjang waktu. Lisannya sangat lembut meski hatinya telah
tersakiti oleh kehidupannya sendiri. Budi pekertinya sangat luhur meski ketidak
adilan kerap membelenggu hidupnya. Tidak hanya memiliki kecerdasan berpikir dan
kestabilan emosi, ia juga digambarkan sebagai sosok yang tenang dan bijaksana
menghadapi situasi apapun. Mungkin itu semua ia dapatkan dari jalan kehidupan
yang telah banyak menempa fisik dan mentalnya. Ia pada akhirnya mendampingi
seorang raja yang hebat dan dapat memakmurkan rakyat. Sesuai kata pepatah
"Kita akan mendapatkan segala sesuatu sesuai dengan cerminan diri kita
sendiri" . Tidak mungkin seorang raja kuat dan hebat didampingi ratu
yang lemah dan terbiasa dimanjakan dengan kemudahan kehidupan.
Ini juga berlaku bagi semua wanita yang akan menjadi ratu-ratu di berbagai aspek
kehidupan yang lain. Jika wanita menginginkan seorang laki-laki yang dapat mengenggam masa depan
dunia dan akhirat maka resikonya ia harus dapat menghalau badai-badai kehidupan
sebagai perjuangan serta pengorbanannya. Badai ini bisa berupa kesedihan,
kesepian, rindu, bahkan keputus asaan karena lelah menanti seseorang yang
sedang sibuk mempersiapkan masa depan yang benar-benar matang, sedangkan wanita
itu sendiri memiliki urusan dunia yang kadang-kadang tak sesuai dengan logika
maupun hati nurani. Bahkan tak sedikit pengorbanan yang harus dilakukan demi
membuktikan rasa cintanya itu. Akan tetapi jika wanita itu bertahan sampai
akhir, ia akan mendapat mahkota ratu dari raja hebat di masa depan.
Namun jika wanita hanya ingin mendapat raja-raja kecil bagi masa depan maka tak
perlu menghadapi resiko yang berat pun ia akan mendapatkan raja-raja itu.
Inilah perbedaan calon ratu yang memiliki pemikiran panjang dan berani bertaruh
nyawa untuk masa depannya dengan calon ratu yang memilih jalan pintas dan
terpikat kilau-kilau cahaya kehidupan yang kadang menyesatkan.
Saat saya berkunjung ke Museum Ulen Sentanu Kaliurang Yogyakarta, saya
mendapat pelajaran berharga yang tak diduga memiliki keterkaiatan dengan
bahasan tulisan saya ini. Museum itu berisi berbagai peninggalan budaya dan
kesenian Jawa.
Salah satu yang menarik adalah
adanya berbagai koleksi peninggalan kerajaan Mataram. Di Museum ini ditampilkan
pula figur para ratu yang berpengaruh bagi kerajaan Mataram. Sejauh yang saya
lihat, ratu-ratu itu merupakan wanita-wanita yang memiliki kecerdasan dalam
menghadapi berbagai situasi kehidupan, keindahan budi pekerti, keseimbangan
kecantikan wajah dan hati, pengabdian yang tinggi, tentunya mereka juga telah
melewati berbagai pelajaran-pelajaran kehidupan yang tidak didapat wanita lain.
Wajar saja jika mereka menjadi bulan-bulan (ratu) penyeimbang matahari (raja).
Pada intinya saya ingin mengatakan bahwa "Semua wanita adalah ratu bagi raja-raja kehidupan. Semua wanita cantik dan berhak mendapat sinar yang akan mengimbangi kecantikannya sesuai kebersihan hati dan keindahan budi pekerti yang wanita miliki. Jika pada masa sekarang wanita banyak menanggis karena kepedihan pengorbanan akan cintanya, maka berbahagialah karena mungkin itu tanda bahwa akan ada raja hebat masa depan yang akan menghapus semua kesedihan masa lalu. Pilihlah raja yang sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup yang kita miliki. Berjuanglah sesuai perjuangan raja yang kita inginkan". Dan akhirnya saya mengucapkan, selamat berjuang para ratu-ratu kehidupan :)
Pada intinya saya ingin mengatakan bahwa "Semua wanita adalah ratu bagi raja-raja kehidupan. Semua wanita cantik dan berhak mendapat sinar yang akan mengimbangi kecantikannya sesuai kebersihan hati dan keindahan budi pekerti yang wanita miliki. Jika pada masa sekarang wanita banyak menanggis karena kepedihan pengorbanan akan cintanya, maka berbahagialah karena mungkin itu tanda bahwa akan ada raja hebat masa depan yang akan menghapus semua kesedihan masa lalu. Pilihlah raja yang sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup yang kita miliki. Berjuanglah sesuai perjuangan raja yang kita inginkan". Dan akhirnya saya mengucapkan, selamat berjuang para ratu-ratu kehidupan :)
0 komentar:
Posting Komentar