KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat, taufiq, dan hidayah Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah ulumul qur’an ini. Shalawat dan Salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita sampai kepada cahaya islam saat ini.
Amtsalul Qur’an
merupakan salah satu cabang ulumul qur’an. Amtsal merupakan bentuk jama’ dari
kata matsal yang berarti perumpamaan, peserupaan, atau gambaran. Secara
istilah, amtsal adalah perumpamaan sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan
menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah dan menarik. Bentuk perumpamaan dalam al-Qur’an berupa
pujian, kecaman, larangan dan lain sebagainya.
Dalam
makalah ini kami akan membahas lebih mendalam mengenai pegertian amtsalul
qur’an hingga urgensi dari amtsalul qur’an itu sendiri.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Hidayat Noor yang telah memberi kesempatan bagi kami untuk
mengkajilebih mendalam mengenai amtsalul qur’an.. Tentu dalam makalah kami
masih banyak kesalahan dan jauh darikesempurnaan, oleh karena itu kami harap
pembaca dapat memberi kritik dan saran agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... iii
A. Latar belakang...................................................................................................... iii
A. Latar belakang...................................................................................................... iii
B. Rumusan Masalah................................................................................................. iii
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 1
A. Pengertian
Amtsalul Qur’an................................................................................ 1
B. Macam-Macam
Amtsalul Qur’an......................................................................... 3
C. Rukun
dan Syarat Amtsalul Qur’an...........................................................5
D. Urgensi
Amtsal dalam Al-Qur’an........................................................................ 9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 11
A. Kesimpulan............................................................................................................. 11
B. Kritik dan Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12
A.
Pengertian
Amsalul Qur’an
Amtsal merupakan
bentuk jama’ dari kata matsal yang berarti perumpamaan, peserupaan, atau
gambaran.
Secara istilah,
amtsal adalah perumpamaan sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan menampakkan
pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah dan menarik.
Dalam sastra
mastal adalah sesuatu yang digunakan
pada hal yang sudah populer dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat
pada perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu
diucapkan. Artinya menyerupakan sesuatu (seseorang atau keadaan) dengan apayang
terkandung dalam perkataan itu. Kata matsal digunakan pula untuk menunjukkan
arti “keadaan” dan kisah yang menakjubkan. Selain itu matsal juga didefinisikan
untuk menonjolkan sesuatu makna (abstrak) dalam bentuk indrawi agar dapat
menjadi indah dan menarik.[1]
Menurut Sayyid
Qutb amtsl dalam al-Qur’an merupakan sarana untuk menggambarkan kondidi
bangsa-bangsa pada masa lampau, termasuk menggambarkan akhlaknya yang sudah
sirna. Sementara itu penyair Ahmad
Hasyimi, mengatakan bahwa, biasanya amtsal digunakan untuk sesuatu keadaan dan
kisah yang hebat, karena itu, amtsal menonjolkan sesuatu makna abstrak ke dalam
bentuk indrawi agar lebih menjadi indah dan menarik.[2]
B. Macam
– macam Amsal dalam al-Qur’an
Menurut al-Suyuthi dan juga
al-Zarqani, amtsalul Qur’an dibagi menjadi dua macam : 1) Amtsal musharrahah, dan 2) Amsal
kamimah. Sedangkan amstal mursalah, para ulama berbeda pendapat
tentang ayat-ayat yang mereka namakan amtsal mursalah, apa atau bagaimana hukum mempergunakannya sebagai matsal al-Qur’an?. Yang demikian karena
dianggap keluar dari etika adab al-Qur’an.
1. Amsal Musharrahah (Perumpamaan yang Jelas).
Amsal Musharrahah adalah perumpamaan
yang didalamnya terdapat lafadz perumpamaan. Contoh dari amsal musharrahah: surat Al-Baqarah ayat 17 - 20
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا
أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ
لَا يُبْصِرُونَ ()يَرْجِعُونَ لَا فَهُمْ عُمْيٌ بُكْمٌ صُمٌّ () أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ
ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ مِنَ
الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ()
فِيهِ مَشَوْا لَهُمْ
أَضَاءَ كُلَّمَا أَبْصَارَهُمْ يَخْطَفُ الْبَريَكَا
()قَدِيرٌ شَيْءٍ كُلِّ عَلَى اللَّهَ إِنّ وَأَبْصَارِهِمْ بِسَمْعِهِمْ لَذَهَبَ اللَّهُ شَاءَ وَلَوْ قَامُوا عَلَيْهِمْ
أَظْلوَإِذَ
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang
yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. (QS.Al-Baqarah : 17) Mereka tuli, bisu dan
buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).QS Al Baqarah
18 Atau seperti (orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka
menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab
takut akan mati. Dan (pengetahuan serta kekuasaan) Allah meliputi orang-orang
yang kafir. (QS.Al-Baqarah : 19)
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar
itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki,
niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu. (QS.Al-Baqarah : 20)”
Dalam
ayat ini peeumpamaannya sangat jelas, yakni Allah mengumpamakan orang munafik
dengan dua perumpamaan : 1) seperti orang yang menyalakan api. 2) seperti orang
yang ditimpa hujan dari langit
Contoh lain, ayat matsal yang tampak jelas perumpamaanya.
السَّمَاءِ مِنَ أَنْزَلْنَاهُ
كَمَاءٍ الدُّنْيَا الْحَيَاةِ مَثَلُ إِنَّمَا
“Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dan langit,” (QS. Yunus: 24)
2. Amsal Kamimah (Perumpamaan Terselubung)
Amtsal kamimah adalah
perumpamaan yang tidak disebutkan dengan jelas lafadz perumpamaan didalamnya,
tetapi lafadz itu menunjukkan makna perumpamaan yang indah dan menarik.
Contohnya
dalam QS Al-Hujurat ayat 12
artinya:
“
Janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? , maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.”
Dalam ayat ini tidak terdapat lafadz
perumpamaan secara jelas, namun perumpamaan tersebut dapat diketahui dari segi
artinya, yaitu mengumpamakan orang yang menggunjing lainnya diumpamakan makan
daging kawannya sendiri.
Contoh
lainnya, seseorang bertanya pada al-Hasan
“Apakah
engkau menemukan ayat yang semakna dengan ungkapan “ Seekor ular pasti akan melahirkan ular lagi)?’
Al-Hasan mengatakan ; “ Mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat
maksiat lagi sangat kafir.” QS Nuh ayat 27
D.
Urgensi Amtsal dalam
Al-Qur’an
1.
Menampilkan sesuatu yang rasional dalam bentuk konkrit yang dapat dirasakan
indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya. Sebab[3]
pengertian-pengertian abstrak tidak akan tertanam dalam benak kecuali jika ia
dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya Alloh
membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang menafkahkan hartanya secara riya’
bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala sedikit pun dari perbuatannya itu.
يَاأَيُّهَاالَّذِينَءَامَنُوالَاتُبْطِلُواصَدَقَاتِكُمْبِالْمَنِّوَالْأَذَىكَالَّذِييُنْفِقُمَالَهُرِئَاءَالنَّاسِوَلَايُؤْمِنُبِاللَّهِوَالْيَوْمِالْآخِرِفَمَثَلُهُكَمَثَلِصَفْوَانٍعَلَيْهِتُرَابٌفَأَصَابَهُوَابِلٌفَتَرَكَهُصَلْدًالَايَقْدِرُونَعَلَىشَيْءٍمِمَّاكَسَبُوا…(الأية).
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari
apa yang mereka usahakan…”(al baqarah [2]:264).
2.
Mengungkapkan hakekat-hakekat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu
yang tampak.
الَّذِينَيَأْكُلُونَالرِّبَالَايَقُومُونَإِلَّاكَمَايَقُومُالَّذِييَتَخَبَّطُهُالشَّيْطَانُمِنَالْمَسِّذَلِكَبِأَنَّهُمْقَالُواإِنَّمَاالْبَيْعُمِثْلُالرِّبَاوَأَحَلَّاللَّهُالْبَيْعَوَحَرَّمَالرِّبَافَمَنْجَاءَهُمَوْعِظَةٌمِنْرَبِّهِفَانْتَهَىفَلَهُمَاسَلَفَوَأَمْرُهُإِلَىاللَّهِوَمَنْعَادَفَأُولَئِكَأَصْحَابُالنَّارِهُمْفِيهَاخَالِدُونَ.
“Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(al baqarah [2] :275).
3.
Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat.
4.
Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika
ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa.
مَثَلُالَّذِينَيُنْفِقُونَأَمْوَالَهُمْفِيسَبِيلِاللَّهِكَمَثَلِحَبَّةٍأَنْبَتَتْسَبْعَسَنَابِلَفِيكُلِّسُنْبُلَةٍمِائَةُحَبَّةٍوَاللَّهُيُضَاعِفُلِمَنْيَشَاءُوَاللَّهُوَاسِعٌعَلِيمٌ.
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap-tiap butir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
5.
Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa.
Misalnya tentang larangan bergunjing.
وَلَايَغْتَبْبَعْضُكُمْبَعْضًاأَيُحِبُّأَحَدُكُمْأَنْيَأْكُلَلَحْمَأَخِيهِمَيْتًافَكَرِهْتُمُوهُ…(الأية).
“…Dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya….”
ذَلِكَمَثَلُهُمْفِيالتَّوْرَاةِوَمَثَلُهُمْفِيالْإِنْجِيلِكَزَرْعٍأَخْرَجَشَطْأَهُفَآزَرَهُفَاسْتَغْلَظَفَاسْتَوَىعَلَىسُوقِهِيُعْجِبُالزُّرَّاعَلِيَغِيظَبِهِمُالْكُفَّارَ…(الAأية).
“…Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)…”
7.
Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh
banyak orang.
وَلَوْشِئْنَالَرَفَعْنَاهُبِهَاوَلَكِنَّهُأَخْلَدَإِلَىالْأَرْضِوَاتَّبَعَهَوَاهُفَمَثَلُهُكَمَثَلِالْكَلْبِإِنْتَحْمِلْعَلَيْهِيَلْهَثْأَوْتَتْرُكْهُيَلْهَثْذَلِكَمَثَلُالْقَوْمِالَّذِينَكَذَّبُوابِآيَاتِنَا…(الأية).
“Dan
kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami…”
8.
[5]Amtsal
lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat
dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.
وَلَقَدْضَرَبْنَالِلنَّاسِفِيهَذَاالْقُرْءَانِمِنْكُلِّمَثَلٍلَعَلَّهُمْيَتَذَكَّرُونَ.
“Sesungguhnya
telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan
supaya mereka dapat pelajaran .”
[1]
Muhammad Gufron, Ulumul Qur’an, Yogyakarta:Teras, hal 97
[2]
Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an ,Bandung:Tafakur, hal 220.
[3]Qattan,manna’
khalil al .1994.study ilmu-ilu alquran ,bogor: litera antar nusa ,hlm.409.
[4]Qattan.manna’
khalil al.1994.studi ilmu-ilmu alquran.bogor:litera antar nusa.hlm.410.
[5]Qattan.manna’
khalil al.1994.studi ilmu-ilmu alquran.bogor:litera antar nusa.hlm.411.
0 komentar:
Posting Komentar