Tafsir Ayat Aqidah tentang “Kufur/Kafir”
1)
Ayat-ayat tentang Kufur dan Kafir dalam kitab tafsir Al-Qurthubi
jilid 7 antara lain[1]:
a.
Q.S
Al-A’raf ayat 48-49
وَنَادَى أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ
بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ
(48)
أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا
يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا
أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ(49)
Artinya:
Dan orang-orang yang di atas A’raaf memanggil beberapa orang (Pemuka orang-orang
kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan,
“Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah
memberi manfaat kepadamu. (Orang-orang di atas A’raaf bertanya kepada penghuni
neraka), Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan
mendapat rahmat Allah? (Kepada orang mukmin itu dikatakan ), masuklah kamu
kedalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak pula kamu bersedih
hati.
b.
Q.S
Al-A’raf ayat 50
وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا
عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ
حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ (50)
Artinya: Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga. “Limpahkanlah
kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu.”
Mereka (penghuni surga) menjawab “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
keduanya itu atas orang-orang kafir.
c.
Q.S Al-A’raf ayat 100
أَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ
أَهْلِهَا أَنْ لَوْ نَشَاءُ أَصَبْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَنَطْبَعُ عَلَى
قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ ((100
Artinya:
Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah
lenyap penduduknya (orang kafir), bahwa kalau Kami menghendaki tentu
Kami adzab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat
mendengar (pelajaran lagi)?
d.
Q.S
Al-A’raf ayat 191-192
أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (191)
وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ (192)
Artinya: Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan)
berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedang berhala-berhala
itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi
pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun
berhala-berhala itu tidak dalat memberi pertolongan.
e.
Q.S
Al-A’raf ayat 201-202
إِنَّ
الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا
فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201) وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ
لَا يُقْصِرُونَ(202)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa wa-was dari syetan,
mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan
fasik) membantu syetan-syetan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya
(menyesatkan).
f.
Q.S
Al-Anfal ayat 7-8
وَإِذْ يَعِدُكُمُ
اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ
ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ
بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (7) لِيُحِقَّ الْحَقَّ
وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (8)
Artinya:
Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua
golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkam bahwa yang
tidak mempunyai kekuatan senjata yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk
membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,
agar Allah menetapkan yang hak (islam) dan membatalkan yang batil (syirik)
walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.
g.
Q.S
Al-Anfal ayat 30
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ
وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (30(
Artinya: Dan ingatlah, ketika orang-orang kafir memikirkan
daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu.
Dan Allah sebaik-baik Pemabalas tipu daya.
h.
Q.S
Al-Anfal ayat 35-37
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً
وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (35) إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ
وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ (36) لِيَمِيزَ اللَّهُ
الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ
فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(37)
Artinya:
Sembayanglah mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan
tepukan tangan. Maka rasakanlah adzab disebabkan kekafiran itu.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
dari jalan Allah. Mereka menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan
bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka jahanamlah
orang-orang kafir itu dikumpulkan, supaya Allah memisahkan (golongan)
yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya
ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah
orang-orang merugi.
i.
Q.S
Al-Anfal ayat 38
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ
سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ (38)
Artinya:
Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, “Jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka
yang sudah lalu. Dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku sunnah
(Allah terhadap) orang-orang terdahulu.
2)
Kriteria atau ciri-ciri golongan kafir di dalam kitab Tafsir
al-Qurthubi jilid 7 antara lain:
a.
Ciri-ciri
orang kafir dalm surat al-A’raf ayat 48 adalah orang kafir selalu mengumpulkan
harta di dunia dan orang-orang kafir itu sombong sehingga tidak mau beriman.[2]
b.
Ciri-ciri
orang kafir dalam surat al-A’raf ayat 100 adalah orang kafir tidak mempercayai
ajaran-ajaran yang dibawakan oleh para Nabi yang memberi peringatan kepada
mereka.[3]
c.
Ciri-ciri
orang kafir dalam surat al-A’raf ayat 191-192 adalah orang kafir
mempersekutukan Allah dengan menyembah berhala yang diciptakan manusia
sedangkan berhal itu tidak mampu menciptakan apapun.[4]
d.
Ciri-ciri
orang kafir dalam surat al-A’raf ayat 201-202 adalah orang kafir adalah manusia
yang jahat lagi sesat yang dibantu oleh syetan-syetan untuk menyesatkan orang
lain. Mereka adalah teman-teman syetan karena mereka mau menerima bisikan
syetan.[5]
e.
Ciri-ciri
orang kafir dalam surat al-Anfal ayat 30 adalah orang kafir pada zaman
Rosulullah hingga kini selalu memikirkan cara untuk menipu daya orang yang
beriman. Bahkan pada zaman Rosul tersebut mereka ingin membunuh dan mengusir
orang-orang yang beriman.[6]
f.
Ciri-ciri
orang kafir dalam surat al-Anfal ayat 35-37 adalah orang kafir menafkahkan
harta mereka dengan tujuan untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dengan
kata lain mereka menafkahkan harta dengan tujuan menyesatkan orang-orang beriman
atau menghalangi orang-orang yang akan beriman.[7]
g.
Ciri-ciri
orang kafir dalam surat al-Anfal ayat 38 adalah orang kafir itu disamping
melakukan berbagai aktifitas kekufuran, mereka juga melakukan kejahatan,
berbuat berbagai macam kemaksiatan dan juga melakukan dosa-dosa lainnya.[8]
3)
Yang menyebabkan kekafiran di dalam kitab Tafsir al-Qurthubi
jilid 7 antara lain:
a.
Di
antara sebab kekafiran adalah sifat cinta dunia yang berlebihan sehingga
mengumpulkan harta di dunia sebanyak-banyaknya hingga lupa akan kehidupan di
akhirat. Padalah hal itu tidak membawa manfaat sama sekali di dalam hidupnya.[9]
b.
Di
antara sebab kekafiran adalah Allah mengunci mati hati orang-orang kafir
disebabkan karena terlalu banyak dosa yang mereka lakukan, sehingga hati mereka
tertutup dari cahaya hidayah Allah SWT.[10]
c.
Di
antara sebab kekafiran orang kafir hingga menyembah berhala adalah karena
mereka mengira bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu dapat mendatangkan
manfaat maupun mudharat bagi mereka. Sehingga mereka percaya dan mengimani
kekuatan berhala-berhala itu dan menyembah berhala-berhala itu.[11]
d.
Di
antara sebab kekafiran adalah berteman dengan syetan. Dari pertemanan dengan
syetan inilah orang-orang kafir mendengarkan dan menuruti bisikan-bisakn syetan
yang menyesatkan mereka. Mereka akhirnya senang berbuat jahat, menambah
dosa-dosa, dan jauh dari mengingat Allah.[12]
4)
Akibat yang diterima (balasan) karena perbuatan kufur dalam kitab Tafsir
al-Qurthubi jilid 7 antara lain:
a.
Akibat
dari perbuatan kufur adalah Allah mengharamkan air dan makanan yang ada di
surga bagi orang-orang kafir. Bahkan kelak mereka tidak dapat sekedar berbicara
maupun melihat kehidupan para penghuni surga. Para ahli surga tidak akan
mengenal orang-orang kafir yang meminta sedikit kenikmatan yang didapat para
penghuni surga karena wajah orang-orang kafir itu berubah menjadi sangat hitam.[13]
b.
Akibat
dari perbuatan kufur adalah Allah berkehendak untuk memusnahkan orang-orang
kafir dengan menghancurkan mereka hingga keakar-akarnya. Sehingga Allah akan
memenangkan agama Islam dan menjadikannya mulia. Tentunya ini beralaku pada
zaman Rosul dahulu, dan mungkin saat akhir zaman nanti ketika hanya cahaya
islam lah yang menang dan akan diakui.[14]
c.
Akibat
dari perbuatan kufur adalah dikumpulkannya golongan orang kafir dalam neraka
Jahanam. Allah akan memisahkan golongan yang buruk (kafir) dari golongan baik.
Maka orang-orang kafir itulah orang-orang yang merugi.[15]
d.
Akibat
dari perbuatan kufur adalah mendapat kewajiban siksa dari Allah SWT. Mereka
tidak akan mungkin melakukan tobat selama-lamanya dan tidak akan mendapat
ampunan dari Allah SWT.[16]
5)
Hubungan
dan relevansi antara kufur, nifaq, dan fusuq dalam kajian tafsir al-Qurthubi
adalah ketiga sifat tersebut berpangkal
pada satu sebab yaitu terjebak bada bisikan syetan yang menyesatkan manusia.[17]
Sifat-sifat tersebut merupakan hasil dari tipu daya syetan untuk mengajak
manusia-manusia melenceng dari ajaran Allah agar kelak menjadi teman para
syetan di dunia hingga ke neraka jahanam. Selain itu, ketiga sifat ini
merupakan sikap sombong terhadap apa yang dimiliki di dunia sehingga mereka
tidak mau mengakui keberadaan Allah. Ketiga sifat ini juga berpura-pura
mendengar dan pura-pura menerima ajaran Allah, akan tetapi sebenarnya hati
mereka berdusta.[18]
Seperti contoh orang munafik, mereka berpura-pura beriman padahal hati mereka
menyembunyikan kekufuran. Nifaq pun tidak berbeda jauh, mereka berpura-pura
taat beriman kepada Allah namun hati mereka tidak sama sekali.[19]
Dari perbuatan-perbuatan sesat itulah murka Allah dan azhab Allah akan
diberikan, namun Allah masih membuka pintu pengampunan selama mereka
berkeinginan bertaubat dengan sebenar-benarnya.[20]
DAFTAR PUSTAKA
al-Qurthubi, Imam,. Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi
Rosadi. Jld. 7. Jakarta. Pustaka Azzam.
2008.
Maktabah Shamela
[1] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 509-1005
[2]Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 509
[3] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 613
[4] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 865
[5] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 890
[6] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 994
[7] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 1003
[8] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 1007
[9] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 509
[10] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 613
[11] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 865
[12] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 890
[13] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 511
[14] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 935
[15] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 1003
[16] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 1007
[17] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 890
[18] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 973
[19] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 973
[20] Imam
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi: terj. Sudi Rosadi, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008), jld. 7, hlm. 1005
0 komentar:
Posting Komentar