Tulisan dan Ejaan Bahasa Arab dalam Mushaf Usmani

A.    Sejarah Masuknya Tulisan Arab
Terdapat banyak perbedaan pendapat dari berbagai ahli sejarah terkait sejarah masuknya tulisan Arab. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pandangan para sejarawan dalam melihat sejarah bangsa Arab Jahiliyyah dan hubungan mereka dengan bangsa-bangsa lain pada waktu itu. Informasi mengenai sejarah tulisan Arab ini sangat minim sekali karena hanya ditemukan dari syiir-syiir para penyair Arab yang disampaikan dari lisan ke lisan antargenerasi. Dari problem tersebut muncullah berbagai pendapat dariberbagai tokoh terkait sejarah masuknya tulisan arab, diatara pendapat para tokoh tersebut antara lain:
a. Ibnu Abi Daud as-Sijistani (w. 316 H) menyebutkan ada tiga riwayat mengenai sejarah awal masuknya tulisan Arab ke wilayah Quraisy, di antaranya yaitu;[1]
1.      Dikatakan, tulisan Arab dibawa oleh para imigran (Makkah) yang mereka pelajari dari penduduk wilayah Hirah. Dan penduduk Hirah mempelajarinya dari penduduk Anbar.
2.      Dikatakan, tulisan Arab dibawa oleh seorang laki-laki yang bernama Bisyr bin Abdul Malik al-Kindi. Ia mempelajarinya dari penduduk wilayah Anbar. Kemudian karena mempunyai suatu urusan, ia pergi ke Makkah. Di sana ia menikah dengan Shahba’ binti Harb bin Umayyah. Lalu ia mengajarkan tulisan tersebut kepada ayah mertuanya, Harb bin Umayyah dan kepada saudara iparnya, Sufyan bin Harb bin Umayyah yang kemudian diajarkan kepada keponakannya, Mu’awiyah. Tulisan ini juga dipelajari oleh khalifah Umar bin al-Khattab dan orang-orang Quraisy lainnya.
3.      Dikatakan pula bahwa, Maramir bin Murrah, Amir bin Jadarah, dan Salamah bin Hazarah adalah orang-orang pertama peletak dasar tulisan Arab. Mereka berasal dari Boulan, suatu kaum dari ath-Thayyi’. Mereka kemudian bertempat tinggal di daerah Baqqah, nama sebuah daerah dekat wilayah Anbar.
Dari ketiga riwayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tulisan Arab datang tidak jauh dari wilayah Anbar, sebuah daerah dekat Kufah. Para peletak dasar tulisan mempelajari dari penduduk wilayah Anbar, kemudian ke wilayah Hirah. Setelah itu para imigran merantau ke Makkah dan mengajarkan kepada yang lainnya.

b.  Ibnu Nadim (w. 385) dalam kitabnya, Al-Fahrasat menyebutkan sebuah riwayat bahwasanya Allah Swt. mengajarkan tulisan Arab kepada Nabi Ismail bin Ibrahim ketika ia masih berusia 24 tahun. Lalu, putera-putera Ismail yang terdiri dari Nafis, Nadhar, Taim, dan Daumah, meletakkan dasar-dasar tulisan Arab secara rinci. Kemudian, Ibnu an-Nadim meriwayatkan riwayat lain. Riwayat ini menyebutkan bahwa seorang laki-laki dari Bani Mukhalid bin Kinanah adalah orang pertama yang mengajarkan tulisan Arab pada kalangan Arab.

c. Ibnu Faris, Abu ‘Amr ad-Dai (w. 444 H) juga mengemukakan pendapatnya tentang sejarah masuknya tulisan Arab. Ia mengutip dari riwayat Ibnu Abbas bahwa yang pertama kali menggunakan tulisan Arab adalah Jaljalan bin Mauhim, ia adalah seorang juru tulis Nabi Hud a.s. Ia berkata bahwa tulisan Arab itu adalah wahyu dari Allah. Kemudian tiba-tiba ada seorang laki-laki dari Yaman yang berasal dari Kindah mendatanginya untuk belajar tulisan Arab kepadanya. Kemudian laki-laki itu mengajarkannya kepada salah satu penduduk Anbar yang bernama Abdullah bin Jad’an. Setelah itu, Harb bin Umayyah belajar kepadanya yang kemudian mengajarkannya kepada kaum suku Quraisy.[2]

d. Dr. Nashiruddin al-Asad. Ia memaparkan penelitiannya dengan sejumlah tulisan dan ukiran Arab tempo dulu yang berhasil ditemukan. Dari penelitian ini, ia menyimpulkan bahwa bangsa Arab pada masa jahiliyah (selama tiga abad) menulis dengan tulisan Arab seperti tulisan yang dikenal kaum Muslimin di awal era Islam. Dengan demikian, pengetahuan Arab jahiliyah terhadap tulisan Arab telah ada sejak lama.[3]

e. Jean Cantineau berpendapat bahwa masuknya tulisan Arab  ke wilayah Arab terjadi pada awal abad ketiga masehi. Tulisan Arab sudah ditemukan di Jazirah Arab sejak lama yang tidak ditentukan tempatnya secara pasti. Banyak juga informasi yang menyebutkan bahwa tulisan Arab pertama kali masuk ke Makkah dibawa oleh Harb bin Umayyah atau lewat perentara orang lain yang semasa dengan Nabi. Maka dapat disimpulkan bahwa tulisan Arab sudah ada sejak lama. Hanya saja, hanya dimiliki oleh segelintir orang saja dan tidak memungkinkan untuk menyebarluaskan ke seluruh penjuru Jazirah Arabia. Dan tulisan Arab menyebar ke Jazirah berkat jasa-jasa para pedagang yang melakukan perjalan ke sana.



B.     Tulisan dan Ejaan Bahasa Arab
Dalam beberapa bahasa, karakter huruf tertentu memiliki dua fungsi; seperti contoh dalam bahasa Latin, huruf i dan u kedua-duanya berfungsi sebagai vokal dan kon­sonan, dengan fungsi konsonan i berbunyi seperti y dalam kata yes. Dalam beberapa teks konsonan i ditulis dengan j.  Dalam bahasa Inggris, huruf bisa berbunyi b dalam kata ball (ketika permulaan) atau berbunyi p dalam kata tap (ketika diakhir huruf atau suku kata), sedangkan bisa berbunyi atau t. Selain itu huruf g bisa berubah-ubah menjadi enam bunyi yang berbeda menurut dialek lokal.[4]
Fenomena yang sama terjadi dalam bahasa Arab. Beberapa suku me­nyebut kata  حتى(hatta) dengan  عتى ('atta), dan صراط (sirat) dengan  سراط(sirat), dan sebagainya, dan hal ini disebabkan oleh banyak perbedaan dalam bacaan yang terkenal sesuai dengan dialek lokal masing-masing suku tersebut. Sebagai mana dalam bahasa Latin, dalam bahasa arab huruf  ا, ي, و  mempunyai dua fungsi sebagai konsonan dan vokal. Namun masalahnya adalah bagaimana penulis dan penyalin Arab dulu (kuno) menggunakan tiga huruf ini dengan metode-metode yang berbeda-beda.[5]

1.    Gaya Tulisan pada Zaman Nabi Muhammad
Di Madinah Nabi Muhammad SAW mempunyai penulis yang ber­asal dari beberapa suku dan tempat yang berbeda-beda. Para penulis ini sudah terbiasa menulis dengan dialek dan ejaan yang berbeda-beda menurut adat masing-masing suku tersebut. Contohnya, Yahya berkata bahwa dia melihat surat yang dibacakan oleh Nabi Muhammad saw kepada Khalid bin Sa'id bin al-'As yang memuat beberapa kejanggalan: kejanggalan ini adalah tulisan   كان(kana) ditulis كون (kawana), dan  حتى  (hatta) dieja  حتا. Dokumentasi yang lain, yang diserahkan Nabi saw. kepada Razin bin Anas as-Sulami, juga dieja  كان  dengan كون . Satu dokumentasi abad 3 Hijrah meng­gambarkan beberapa surat ditulis dalam banyak cara penulisan. Lebih lanjut  banyak sekali bukti-bukti mengenai perbedaan dalam gaya tulisan pada zaman permulaan Islam.[6]

2.    Ejaan (Ortografi) Mushaf Uthmani
 Telah banyak buku yang menyinggung tentang ejaan yang janggal dalam Mushaf ‘Utsmani, dengan lebih detail lagi khususnya dalam menganalisis contoh-contoh ejaan yang menyeleweng. Di antara beberapa bab dalam al-­Muqni `, contohnya di bawah judul (heading), "Examination of Mushaf spellings where (vowels are) dropped or listed (Meneliti ejaan Mushaf Yang Vokalnya Dibuang Atau Disebutkan). (Sub judul): Examination of words where alif( I ) is dropped for abbreviation (Meneliti kata-kata yang ada alifnya dibuang untuk tujuan singkatan)." Ad-Dani mengutip pendapat Nafi bin Abi Nu'aim (70-­167 Hijrah), kemudian membuat daftar ayat-ayat yang di dalamnya ada alif yang dibaca tapi tidak ditulis dalam musham Utsmani:
   
Huruf alif dalam Mushaf ‘Utsmani semuanya tidak terdapat pada kata السموات dan سموت(semuanya 190 tempat), kecuali dalam ayat 41:21 di mana ejaannya adalah   السموات. Kejanggalan ejaan tidak hanya terdapat dalam Mushaf ‘Uthmani, tetapi juga terdapat di dalam naskah pribadi milik beberapa sahabat. Ejaan janggal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan wilayah dalam masalah ejaan. Di bawah ini ada dua contoh mengenai hal tersebut;[7]
a.                   ‘Abdul-Fattah ash-Shalabi menemukan manuskrip AI-Qur'an klasik  yang penulisnya menggunakan dua ejaan yang berbeda pada kataعلى   (contohnya  على dan  علا ) di halaman yang sama.
b.                  Dalam koleksi perpustakaan Raza, Rampur, India, terdapat sebuah Mushaf yang ditulis dalam skrip Kufi yang dinisbatkan dengan Mushaf milik Ali bin Abi Thalib. Kata  على  juga ditulis dengan علا,dan  حتى  ditulis dengan  حتا
Malik bin Dinar melaporkan bahwa ‘Ikrima membaca surat al-Isra’ ayat 107 dengan fas'al ( فسأل ), walaupun tertulis fsl (  فسل). Malik menjelaskan akan hal ini dengan menyatakan bahwa itu sama dengan bacaan qal (  قال) ketika kata itu ditulis ql ( قل  ) yang merupakan kependekan umum di Mushaf Hejazi. Dengan adanya bacaan yang berdasarkan tradisi belajar secara lisan, adanya kekurangan (perbedaan penulisan) seperti ini tidak akan menyebabkan kerusakan teks Kitab Suci. Kalau seorang guru membaca  قالوا  (baca dengan qalu, alif di akhir tidak dise­butkan karena ada peraturan grammar tertentu) dan murid itu menuliskannya قلو(mengikuti standard dia sendiri) tetapi membacakannya dengan betul seperti  قالو  , lalu ejaan vokal yang janggal tidak mengandung pengaruh yang negatif.[8]
Seperti halnya perubahan penulisan tidak menyebabkan kehancuran teks melainkan justru menekankan beberapa huruf hidup (vowels) yang telah ditiadakan atau dibuang untuk penggunaan singkatan.  Kembali merujuk kepada AI-Qur'an, kita menemukan bahwa kata-katal قالوا  tercatat sebanyak 331 kali, sedangkan  كانوا  sebanyak 267 kali; jumlah seluruhnya ada 598 kata. Mengingat bahwa 'Ubaidullah menambah tambahan dua alif di setiap ini maka mencapai sekitar 1.200 huruf tambahan.
Contoh lain dalam penulisan ayat yang berbeda antara mushaf Utsmani dengan ejaan bahasa arab masa lampau adalah pada awal surat al-Baqarah kata مالك (maalik) ditulis ملك (malik) yang mengikuti sistem ejaan mushaf Utsmani. Hal ini memperlihatkan adanya kependekan (penyingkatan) berlaku pada sistem penulisan mushaf masa Usman.
Namun meskipun terdapat perbedaan-perbedaan ejaan penulisan pada mushaf Utsmani dengan ejaan penulisan bhasa arab masa lampau, para penerbit al-Qur’an modern tetap berpegang pada otografi  mushaf Utsmani secara resmi dalam tolak ukur penulisannya. Hal ini dikarenakan mushaf Utsmani merupakan pilihan terbaik yang memberi banyak kemudahan bagi para penerbit. Selain itu hal ini ditujukan untuk penyeragaman standar ukuran  mushaf dalam pendidikan al-Qur’an.






[1] Abdul Shabur Syahin, Saat Al-Qur’an Butuh PembelaanSebuah Analisis Sejarah,  (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), hlm. 130-131.

[2]Ibid, hlm. 134.
[3] Ibid. hlm. 138
[4]  M. M. Al-A’zami, History of the Qur’anic Text, Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 144.
[5] Ibid
[6] Ibid. hlm. 145
[7] Ibid
[8] M. M. Al-A’zami, History of the Qur’anic TextSejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 147.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.